mengenakan mantel ungu dengan sebuah payung tergenggam di jemarinya yang lentik. Senyumnya begitu murni dengan deretan gigi putih seperti deretan tut piano tanpa warna hitam di sela-selanya,,,
Perkenalkan, namaku Narelle, Si Pembawa Payung
Suaranya cukup merdu meliuk, hingga daun-daun berjatuhan
bunga-bunga berguguran sebelum waktunya, ranting patah sebelum mengering
Hujanpun turun dengan lebatnya, meruntuki kepala, juga genting dan
atap rumah. Pohon-pohon dan papan iklan tumbang
menimpa siapapun yang hendak tengadah di bawahnya
Perkenalkan, namaku Narelle, Si Pembawa Payung
Suaranya cukup merdu meliuk, hingga daun-daun berjatuhan
bunga-bunga berguguran sebelum waktunya, ranting patah sebelum mengering
Hujanpun turun dengan lebatnya, meruntuki kepala, juga genting dan
atap rumah. Pohon-pohon dan papan iklan tumbang
menimpa siapapun yang hendak tengadah di bawahnya
Kapal-kapal hilang haluan dan kandas, Perahu-perahu berserakan,
juga rumah-rumah di gigir pantai yang tersusun dari pilar
kesetiaan hari-hari. Bukit-bukit longsor menelan
perkampungan. Air bah menyapu harapan. Tubuh-tubuh, sebagian
kaku dan sisanya menggigil putus asa
juga rumah-rumah di gigir pantai yang tersusun dari pilar
kesetiaan hari-hari. Bukit-bukit longsor menelan
perkampungan. Air bah menyapu harapan. Tubuh-tubuh, sebagian
kaku dan sisanya menggigil putus asa