Berkunjung ke Pulau Kaung

Pulau Kaung terletak di kecamatan Buer kabupaten Sumbawa dengan jarak tempuh 4 jam dari Mataram ibukota provinsi NTB. Desa ini merupakan perkampungan nelayan dengan di kelilingi hamparan laut yang luas dan pemandangan yang mempesona mata. Udara yang sejuk serta pemandangan yang indah dapat membuat kita relaksasi sejenak dari kepengatan kota. Masyarakat desa yang terkenal ramah dapat juga kita jumpai di desa ini. Masyarakat Desa Pulau Kaung sebagian besar berprofesi sebagai nelayan 

Desa Pulau Kaung mempunyai potensi keindahan alam yang dapat di manfaatkan untuk parawisata sebagai desa wisata bahari. Dengan adanya akses jalan yang mudah di tempuh, pemandangan yang indah, hamparan sawah yang luas serta lokasi yang berpotensi untuk dijadikan objek wisata. Di pulau ini sedikit ditemui lahan pertanian maupun peternakan. Lahan-lahan yang ada dimanfaatkan untuk membangun rumah tinggal. Ketiadaan lahan di atas membawa keunikan tersendiri, karena ternak (kambing) di pulau ini tidak hanya memakan dedaunan, tetapi juga kertas, ikan laut, dan kain-kain baju yang telah robek. Sebagian besar penduduknya adalah nelayan tradisional Kaung
Share:

Moment Festival Pabiring 2012

Liburan lebaran kali ini memang benar-benar seru, banyak moment bagus yang bisa di abadikan. Salah satunya kemarin saya berkesempatan untuk ikut memotret acara Festival Pabiring 2012 (24-26 Agustus 2012) di desa pesisir Labuan Mapin kecamatan Alas Barat. Festival Tahunan yang di adakan oleh masyarakat pesisir dan pemerintah daerah ini dulunya hanya acara tradisional yang di lakukan oleh masyarakat pesisir saja, lalu kemudian para seniman, penggiat pariwisata dan pemerintah mengemas acara ini lebih besar dan meriah sebagai aset daerah untuk menarik wisatawan.

Saya sendiri baru pertama kali ini menyaksikan dan berada langsung disini, memang unik, bagus dan meriah namun sayang sekali masih kurang penataan acara. sehingga masih terlihat kacau dari alur acara. Tapi itu bukan hal yang terlalu saya pusingkan biarlah menjadi pelajaran untuk kedepan. Saya sangat senang karena bisa berkesempatan memotret penari Dila Malam yang cantik-cantik di acara tersebut. 

Yuk kita intip.
Share:

Kain Tenun Mbojo: Tenunan Tradisional Khas Bima, Pulau Sumbawa

Indonesia Travel. Identitas suatu budaya dapat beragam bentuk dan jenis dengan keunikan dan kearifan lokalnya masing-masing. Salah satu dari sekian banyak bentuk budaya khas Nusantara adalah ragam tenunan.  Kain tenun mbojo, misalnya, merupakan kain tenun khas asal daerah Bima dan beberapa daerah di sekitar Gunung Tambora, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Kain tenun mbojo telah dikenali sejak dahulu sebagai tenunan Kerajaan Bima, yaitu salah satu Kerajaan Islam yang tersohor di Nusantara bagian Timur. Oleh karenanya, keberadaan kain ini tidak lepas dari sejarah perkembangan Islam pada masa itu.
 
Karena kekhasan dan keunikannya, kain tenun mbojo menjadi komoditi penting yang diperjualbelikan oleh para pedagang Mbojo sejak berabad-abad lamanya. Persebaran kain tenun mbojo telah merambah hingga ke beberapa wilayah di Nusantara bahkan hingga ke Negeri China. Konon sejak abad ke-16 M, sebagai masyarakat maritim, pedagang Mbojo berperan aktif dalam perdagangan Nusantara. Mereka sudah berlayar hingga ke wilayah Jawa, Maluku, Malaka, dan bahkan sampai ke China. Hubungan perdagangan masyarakat Mbojo dengan Jawa bahkan tercatat dalam Kitab Negarakertagama. Disebutkan bahwa perdagangan kedua daerah tersebut telah berlangsung sejak zaman kekuasaan kerajaan Kediri atau sekira  abad ke-12 M.
Share:

Kain Tembe Bima di Jogja Fashion Week 2012

Selamat hari sabtu kawan-kawan!
Ada yang beda nih dari postingan sebelumnya di JelajahSumbawa.com. Beda karena.... kalau biasanya yang diposting disini tentang traveling dan foto-foto seputar pariwisata Sumbawa, kali ini kita akan diberi sebuah motivasi dan inspirasi oleh mas Danny Mardiansyah putera Sumbawa yang adalah seorang desainer muda berbakat dengan rancangan-rancangannya khas Sumbawa. Siapa dia? Baca sampai kelar ya.

Beberapa saat lalu saat sedang membuka akun facebook, tanpa sengaja saya melihat foto-foto model cantik sedang berpose di atas catwalk di album facebook bro Fahry, sekilas tak ada yang terlalu menarik perhatian. Tapi setelah melihat lebih lama dan lebih dekat barulah jelas, sang model sedang memperagakan pakaian bermotif unik dan etnik yang tak lain adalah motif Kain tenun Tembe Bima. Sangat khas! seketika saya langsung taretarik untuk melihat foto-foto berikutnya di album tersebut, dan sungguh mengagumkan dan bangga saat melihat itu. Lalu setelah itu sayapun mencoba melihat siapa di balik pakaian-paian cantik dan elegant tadi. Dialah mas Danny Mardiansyah, Pria asal Sumbawa, berdarah Bima - Sumbawa yang lahir dan tumbuh di Sumbawa.

Adalah sebuah kebanggaan tersendiri ketika seorang putera daerah dengan bangga memperkenalkan khas daerahnya lewat karya-karya yang ia tekuni. Begitulah, saya langsung ingin bertanya-tanya pada mas Danny tentang karyanya dan lain sebagainya yang nantinya bisa kita jadikan motivasi untuk berkarya di bidang masing-masing sembari mengangkat tinggi-tinggi nama daerah tercinta : Sumbawa.
Share:

Tradisi Dila Leman Sumbawa Barat di Bulan Ramadhan

Sumbawabaratkab.go.id - Dila Leman adalah tradisi masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat pada setiap moment ramadhan. Zaman dulu tradisi ini dilaksanakan dalam bentuk menyalakan penerangan dengan menggunakan lampu tradisional berupa pelita, diletakkan di depan rumah penduduk pada sepuluh malam terakhir dan setiap malam ganjil. Oleh orang tua kita pada zaman dulu, ini dilakukan untuk mengingatkan kita bahwa setiap malam ganjil adalah malam kesempatan buat umat muslim untuk bertemu dengan malam seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qadar.

Bupati Sumbawa Barat, DR KH Zulkifli Muhadli SH.,MM, dalam setiap kunjungan safari ramadhannya di beberapa Kecamatan, menghimbau kepada seluruh Pemerintah dari tingkatan RT hingga Kecamatan untuk dapat mengaktifkan kembali budaya dila leman. Kyai Zul, menyampaikan bahwa tradisi ini mempunyai 2 manfaat buat kita umat muslim di Kabupaten Sumbawa Barat. Yang pertama, dengan aktifnya kembali budaya dila leman, masyarakat muslim akan diingatkan bahwa malam tersebut adalah malam ganjil pada 10 malam terakhir. Dengan begitu, pada malam tersebut masyarakat akan terpanggil untuk melakukan ibadah sebanyak-banyaknya secara khusyu, dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan malam lailatul qadar. Manfaat ke-dua menurut kyai zul, bahwa budaya ini adalah tradisi yang harus terus dipertahankan, karena selain sebagai ciri khas kita masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat, juga mempunyai nilai culture yang luar biasa yang dapat diwariskan kepada anak cucu kita.
Share:

Peluncuran Majalah Budaya "Bulaeng"

Yah akhirnya sebuah majalah budaya yang bernama Bulaeng di luncurkan tanggal 4 Agustus malam kemarin di kediaman mas Poax Iben. Seorang seniman sekaligus pengamat seni yang tak pernah kehabisan ide dalam hal seni, berkesenian dan segala sesuatu tentang seni.

Saya tidak punya banyak info tentang majalah Bulaeng ini karena malam itu saya pulang lebih awal (jam 00.00) bukan karena saya cinderella boy yang harus pulang tengah malam ya, tapi karena saya punya permaisuri yang kesepian di rumah. Jadi saya hanya bisa menyaksikan awal-awal acara (yang sebetulnya sangat panjang untuk acara awal). Meski cuma sebentar tapi saya dapat menikmati beberapa pertunjukan kawan-kawan yang datang. Yah, acara semi formal ini (atau tepatnya sangat semi formal) boleh dihadiri oleh siapa saja yang mau. Karena acara yang di adakan di halaman rumah mas Paox ini terbuka buat siapa saja yang ingin datang. Ajakan juga hanya lewat facebook kecuali untuk tamu-tamu yang dirasa penting seperti seniman, tokoh-tokoh budaya dan sebagainya yang datang pada malam kemarin.

Seperti nama bidangnya, Majalah Bulaeng nantinya akan terisi dengan peristiwa-peristiwa, lakon, artikel dan sebagainya tentang budaya tentu saja. Nama Bulaeng diambil dari bahasa Sumbawa yang berarti Emas. Kata Bulaeng sering dipake untuk menyebut / motto tidak resmi Sumbawa (Samawa), Samawa intan bulaeng artinya Sumbawa Intan Emas, maksudnya Sumbawa adalah wilayah yang makmur, subur, dan kaya akan hasil bumi yang mengendap di bawahnya seperti emas, perak, tembaga dan lain sebagainya. Yah, memang begitulah adanya. Sumbawa memang tanah yang kaya hanya saja masyarakat lokal kurang mahir dalam pengelolaannya. Akhirnya muncullah perusahaan tambang asing yang mengeruk isi bumi Sumbawa yang jika tidak dipantau akan berakibat fatal.

Nah.. kemana nih arah pembicaraannya. Yah, intinya majalah Bulaeng nantinya akan menampung segala sesuatu tentang budaya khusunya budaya Lokal. Kita tunggu saja kiprahnya dan bagi teman-teman yang berminat memiliki Majalahnya, nanti bisa comment di postingan ini. Berikut foto-foto suasana malam launchingnya (Ini cuma acara awal aja)
Share:

Masih Tentang Pesona Poto Tano - Sumbawa


Menuju Sumbawa atau hendak keluar Sumbawa melalui jalur laut tentu kita tak akan melewatkan Poto Tano. Pelabuhan yang merupakan "lawang desa" kata orang Sumbawa. Disini kau akan menemukan gugusan-gugusan bukit batu dengan rumput-rumputnya yang apabila sedang kemarau berwarna kuning serupa bulu jagung kering, bila musim hujan terlihat sangat hijau suburlah ia menyejukan mata. Tapi apapun musimnya bukit-bukit da pulau-pulau kecil itu tetap mempesona dan menarik untuk di lihat. Bgeitu juga dengan laut dan semua elemen di Poto Tano, menarik untuk di abadikan. Maka tak salah jika aku tidak bisa mendiamkan kamera begitu saja jika sedang berada di tempat ini. Meski sudah berkali-kali memotret objek yang sama tetap tak pernah bosan. Inilah luar biasanya ilahi, Karyanya luar biasa dan tak akan habis untuk dinikmati.

Yah, inilah Pelabuhan Poto Tano. Pelabuhan yang terletak di desa bersahaja  Poto Tano. Pulau-pulau kecil yang seperti terhampar begitu saja membuat pemandangan disini mempunyai daya pikat tersendiri. Melihat pulau-pulau kecil yang hijau itu, menggelitik rasa penasaran untuk menyambanginya suatu saat. Pastilah lebih indah disana.

Jika kamu adalah pendatang yang baru saja tiba di Poto Tano, aku ingin bertanya. Kau hendak ke mana dari sini? ke Sumbawa Barat? Sumbawa Besar, Bima atau Dompu? Jika jawabanmu ke Sumbawa barat makan berbeloklah ke kanan di bundaran "Kemutar Telu" yang akan kau jumpai setelah keluar dari Pelabuhan. Tapi jika kau hendak ke Sumbawa besar, Bisa dan Dompu maka silahkan berjalan lurus mengikuti alur jalan yang di pinggir kirinya membentang lautan biu bening dan di kanannya menjulang bukit-bukit batu nan gagah sekaligus cantik. Melihat bukit-bukit dengan lembah sabana di kakinya mengingatkanku pada padang-padang rumput di negara-negara eropa. Andaikan di Sumbawa bersalju, maka bukin-bukit inilah bukit bersalju terindah barangkali. Ah.. tida berlebihan karena memang demikian menurut pandangan dan rasaku. Tapi tanpa saljupun tempat ini tetap menjadi favoritku untuk berhenti sejenak menikmati alam dan memanjakan mata. Meski terkadang aku harus ketinggalan kapal.

Oke, selamat menikmati foto-foto sederhana ini. di share sebanyak-banyaknya juga boleh.
Share:

Pantai Karang Bira' dan Keunikan Penduduknya

Selamat malam kawan-kawan blogger dan traveler!
Terkadang perjalanan hidup itu tidak selalu mudah dan baik-baik saja, ada saat-saat dimana masalah datang membuat oleng bahtera dan membuat kita terbangun dari kenyamanan kita. Bukan seperti apa masalahnya tapi seperti apa kita menyikapinya agar masalah yang datang bukan malah menjadi penghancur tapi menjadi sebuah pengalaman yang berharga atau menjadi sebuah pengingat bahwa hidup tidak selamanya indah, bahwa terkadang kita harus menyiapkan diri untuk sedih meskipun ditengah bahagia. 

Sejatinya hidup memang masalah. Tanpa masalah hidup pastilah datar dan tak berwarna tapi jangan juga cari-cari masalah. Hanya mereka yang bijak menyikapi masalah yang bisa memetik hasil baik bahkan dari hal tidak baik yang menjadi masalah. 

Oke baiklah, itu hanya sekedar intermezo. Sekedar pengingat untuk diri sendiri dan kita semua agar selalu berani menghadapi masalah, agar kita selalu siap dan bijak menghadapi masalah. Tidak ragu-ragu apalagi lari. Malam ini saya kembali ingin berbagi foto hasil jepretan saya tadi kemarin dan tadi siang saat jalan-jalan ke Pantai Karang Bira di sebelahnya Pantai La Pade yang terkenal itu. Tapi sebelumnya saya mau kasih tau kawan-kawan kalau Kampung Bira' itu adalah kampung pendatang yang sudah ada sejak jaman dulu dan masih terjaga sampai sekarang. 
Share: