Baca Juga
Sumbawabaratkab.go.id - Dila Leman adalah tradisi masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat pada setiap moment ramadhan. Zaman dulu tradisi ini dilaksanakan dalam bentuk menyalakan penerangan dengan menggunakan lampu tradisional berupa pelita, diletakkan di depan rumah penduduk pada sepuluh malam terakhir dan setiap malam ganjil. Oleh orang tua kita pada zaman dulu, ini dilakukan untuk mengingatkan kita bahwa setiap malam ganjil adalah malam kesempatan buat umat muslim untuk bertemu dengan malam seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qadar.
Bupati Sumbawa Barat, DR KH Zulkifli Muhadli SH.,MM, dalam setiap kunjungan safari ramadhannya di beberapa Kecamatan, menghimbau kepada seluruh Pemerintah dari tingkatan RT hingga Kecamatan untuk dapat mengaktifkan kembali budaya dila leman. Kyai Zul, menyampaikan bahwa tradisi ini mempunyai 2 manfaat buat kita umat muslim di Kabupaten Sumbawa Barat. Yang pertama, dengan aktifnya kembali budaya dila leman, masyarakat muslim akan diingatkan bahwa malam tersebut adalah malam ganjil pada 10 malam terakhir. Dengan begitu, pada malam tersebut masyarakat akan terpanggil untuk melakukan ibadah sebanyak-banyaknya secara khusyu, dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan malam lailatul qadar. Manfaat ke-dua menurut kyai zul, bahwa budaya ini adalah tradisi yang harus terus dipertahankan, karena selain sebagai ciri khas kita masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat, juga mempunyai nilai culture yang luar biasa yang dapat diwariskan kepada anak cucu kita. Bupati juga menambahkan, bahwa selain dila leman ada beberapa tradisi ramadhan kita yang harus terus dipertahankan, seperti membunyikan Gernat (bunyi-bunyian yang terbuat dari bambu) dan gendang sahur. Gernat dapat dibunyikan pada saat-saat yang tidak menggangu masyarakat seperti pada saat taraweh dan istirahat siang. Demikian juga dengan gendang sahur. Budaya ini harus dapat kita wariskan secara terus menerus. Ini akan menjadi pengikat hati dan rasa rindu masyarakat terhadap KSB, jika suatu saat mereka tidak lagi berada di KSB, ungkap Bupati
Bupati juga mengimbau kepada Pemerintah Kecamatan agar budaya ini dapat dilaksanakan. “saya minta kepada camat untuk dapat menghimbau masyarakat untuk melaksanakan kegiatan ini, bila perlu di lombakan, biar saya yang tanggung hadiahnya” ungkap bupati.[rm]
JelajahSumbawa.com :
Malah terharu baca ini, benar kata Kya. Tradisi-tradisi seperti inilah yang membuat kita merasa menyatu, memiliki dan merindukan tana' samawa ketika berada jauh dari sana. Ayo Pak Bupati, bangkitkan semua tradisi-tradisi indah dan bersahaja kita dulu :)
Bupati Sumbawa Barat, DR KH Zulkifli Muhadli SH.,MM, dalam setiap kunjungan safari ramadhannya di beberapa Kecamatan, menghimbau kepada seluruh Pemerintah dari tingkatan RT hingga Kecamatan untuk dapat mengaktifkan kembali budaya dila leman. Kyai Zul, menyampaikan bahwa tradisi ini mempunyai 2 manfaat buat kita umat muslim di Kabupaten Sumbawa Barat. Yang pertama, dengan aktifnya kembali budaya dila leman, masyarakat muslim akan diingatkan bahwa malam tersebut adalah malam ganjil pada 10 malam terakhir. Dengan begitu, pada malam tersebut masyarakat akan terpanggil untuk melakukan ibadah sebanyak-banyaknya secara khusyu, dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan malam lailatul qadar. Manfaat ke-dua menurut kyai zul, bahwa budaya ini adalah tradisi yang harus terus dipertahankan, karena selain sebagai ciri khas kita masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat, juga mempunyai nilai culture yang luar biasa yang dapat diwariskan kepada anak cucu kita. Bupati juga menambahkan, bahwa selain dila leman ada beberapa tradisi ramadhan kita yang harus terus dipertahankan, seperti membunyikan Gernat (bunyi-bunyian yang terbuat dari bambu) dan gendang sahur. Gernat dapat dibunyikan pada saat-saat yang tidak menggangu masyarakat seperti pada saat taraweh dan istirahat siang. Demikian juga dengan gendang sahur. Budaya ini harus dapat kita wariskan secara terus menerus. Ini akan menjadi pengikat hati dan rasa rindu masyarakat terhadap KSB, jika suatu saat mereka tidak lagi berada di KSB, ungkap Bupati
Bupati juga mengimbau kepada Pemerintah Kecamatan agar budaya ini dapat dilaksanakan. “saya minta kepada camat untuk dapat menghimbau masyarakat untuk melaksanakan kegiatan ini, bila perlu di lombakan, biar saya yang tanggung hadiahnya” ungkap bupati.[rm]
JelajahSumbawa.com :
Malah terharu baca ini, benar kata Kya. Tradisi-tradisi seperti inilah yang membuat kita merasa menyatu, memiliki dan merindukan tana' samawa ketika berada jauh dari sana. Ayo Pak Bupati, bangkitkan semua tradisi-tradisi indah dan bersahaja kita dulu :)