Kain Tembe Bima di Jogja Fashion Week 2012

Baca Juga

Selamat hari sabtu kawan-kawan!
Ada yang beda nih dari postingan sebelumnya di JelajahSumbawa.com. Beda karena.... kalau biasanya yang diposting disini tentang traveling dan foto-foto seputar pariwisata Sumbawa, kali ini kita akan diberi sebuah motivasi dan inspirasi oleh mas Danny Mardiansyah putera Sumbawa yang adalah seorang desainer muda berbakat dengan rancangan-rancangannya khas Sumbawa. Siapa dia? Baca sampai kelar ya.

Beberapa saat lalu saat sedang membuka akun facebook, tanpa sengaja saya melihat foto-foto model cantik sedang berpose di atas catwalk di album facebook bro Fahry, sekilas tak ada yang terlalu menarik perhatian. Tapi setelah melihat lebih lama dan lebih dekat barulah jelas, sang model sedang memperagakan pakaian bermotif unik dan etnik yang tak lain adalah motif Kain tenun Tembe Bima. Sangat khas! seketika saya langsung taretarik untuk melihat foto-foto berikutnya di album tersebut, dan sungguh mengagumkan dan bangga saat melihat itu. Lalu setelah itu sayapun mencoba melihat siapa di balik pakaian-paian cantik dan elegant tadi. Dialah mas Danny Mardiansyah, Pria asal Sumbawa, berdarah Bima - Sumbawa yang lahir dan tumbuh di Sumbawa.

Adalah sebuah kebanggaan tersendiri ketika seorang putera daerah dengan bangga memperkenalkan khas daerahnya lewat karya-karya yang ia tekuni. Begitulah, saya langsung ingin bertanya-tanya pada mas Danny tentang karyanya dan lain sebagainya yang nantinya bisa kita jadikan motivasi untuk berkarya di bidang masing-masing sembari mengangkat tinggi-tinggi nama daerah tercinta : Sumbawa.

Setelah invite meng-intive pin blacberry masing-masing kamipun ngobrol dengan santai tentang banyak hal. Mas Danny ternyata memang asik dan mudah sekali akrab sehingga sayapun menjadi lebih nyaman untuk bertanya tentang apapun. Mas danny juga bukan tipe orang yang pelit berbagi cerita. Dengan lepas dia meracau tentang perjalanannya hingga menjadi seorang desainer.

Mulai Masuk Dunia Desain
Danny Mardiansyah sudah menyukai desain sejak SMP, waktu itu dia menjadi siswa di SMP 1 Sumbawa Besar tahun 200, walaupun waktu itu dia hanya sebatas suka menggambar sketsa-sketsa tapi itulah cikal bakalnya. Sayangnya lulus SMA dia malah kuliah Marketing di Universitas Negeri Malang tahun  2002 dan kelar tahun 2005. Sejenak hidup memberinya ruang untuk sedikit "galau"  karena menurut ceritanya selepas kuliah dia sempat malang melintang kerja kantoran. Namun hoby desain tetap mengalir dan terasah karena teman-temannya sering meminta untuk di desainkan baju-baju dan busana untuk berbagai keperluan. Hingga Akhir 2009 mas Danny Resign dari finance FIF Sumbawa Besar.

Banyaknya hal-hal negatif yang sering terdengar di dunia designer, membuat mas Danny tidak begitu berani untuk benar-benar terjun ke dunia yang sebetulnya ia kuasai padahal orang tuanya saat itu setuju-setuju saja pada apapun pilihannya. Sampai akhirnya dia memutuskan juga untuk masuk ke Sekolah Desain di PAPMI (Perhimpunan Ahli Perancang Mode Indonesia) Jogjakarta tahun 2010 lalu.

Suatu hari, ketika musim liburan, mas Danny ikut ortunya ke Jogjakarta untuk sekedar refreshing dan mencari angin segar setelah beberapa lama bergelut di dunia perkantorang dengan deadline-deadline dan pekerjaan yang membebani. Selama dua minggu di Jogja ia manfaatkan untuk mencari-cari info sekolah desain yang berujung pada "terjerumus"lah ia di PAPMI Jogja. disinilah bakatnya benar-benar benar-benar mendapat tempat untuk hidup dan berkembang dengan baik. Masa singkat di PAPMI ia manfaatkan sebaik mungkin dan semaksimal mungkin hingga akhirnya ia lulus dengan memuaskan  pada Januari 2011 lalu. 

Show Pertama
Ketika saya bertanya Apakah Busana dengan motif Kain Tembe Bima itu sudah dibuat sejak dulu atau memang baru dibuat ketika ada show? dengan mantab ia menjawab bahwa dari awal ia sudah bertekad untuk show pertamanya ia harus memakai material daerah sendiri. Yah, itu semacam cita-citanya sebagai seorang desainer yang mencintai budaya daerah sendiri. Tak banyak desainer yang memikirkan itu. Malah yang ada kebanyakan memilih berkiblat ke "barat" untuk desain, model dan sebagainya. Jarang sekali yang mencoba untuk menampilkan dengan bangga kain khas daerahnya. Tapi belakangan ini sudah mulai terlihat kain-kain tenun daerah dipakai oleh beberapa designer. Cukup menggembirakan.


Jogja Fashion Week 2012 adalah event pertama yang ia pilih untuk menampilkan desain pertamanya. Mas danny ikut YOUTH FASHION SHOW di ajang itu. Sambutan yang meriah tentu saja dari kalangan masyarakat Sumbawa menyambut hasil karyanya dilihat oleh banyak mata. Ia mengaku tak ada rasa pesimis sama sekali saat memutuskan untuk menggunakan kain Tembe dalam desainnya malah sebaliknya sangat optimis dan bangga. Yah, saya sendiri merasakan kebanggaan itu, selain karena ada khas Sumbawanya juga karena model pakaian yang di tampilakn mewakili banyak karakter manusia seperti feminim, girly, aristokrat, gaul, wise yang dikonsep ready to wear karena tidak ribet dan pas untuk dipakai oleh kalangan mana saja. Tapi tidak semua orang bisa mendapatkan baju-baju rancangan mas Danny karena semuanya di produksi terbatas. Limited Edition katanya.




Mengapa hanya Kain Tembe bima saja yang di gunakan, kenapa Kre Alang sumbawa tidak dipakai? Hmm, Kre Alang Sumbawa itu sangat sulit di dapatkan, jika ada harganya sangat mahal dan itu menjadi kendala untuk menggarap desain menggunakan Kre Alang. Memang benar, susah sekali mendapatkan Kre Alang Sumbawa yang hasil tenun asli karena semakian kesini semakin jarang orang yang menenun, ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk membina dan mengembangkan masyarakat yang memperoduksi Kre Alang agar lebih termotivasi untuk menghasilkan tenunan-tenunan Kre Alang sebanyak-banyaknya sehingga jika ada orang-orang semacam mas Danny tidak perlu kesulitan untuk mendapatkannya, lagipula Kre Alang adalah khas sekaligus aset daerah yang bisa menjadi ladang bisnis masyarakat desa agar lebih maju. Bayangkan jika harga Kre Alang tidak terlalu mahal, setiap wisatawan yang berkunjung ke Sumbawa bisa dengan mudah mendapatkan Kre Alang sebagai Ole-ole untuk di bawa pulang, hal demikian secara tidak langsung telah membuat nama daerah menjadi lebih dikenal oleh masyarakat luar.

Terakhir nih, pesan mas Danny untuk kita semua "Jangan malu dengan budaya nenek moyang sendiri. Ingat! mereka bekerja keras untuk itu. tugas kita untuk memperkenalkan dan melestarikannya"

Well, that right! Sudah seharusnya kita bangga dan menjunjung tingggi adat dan budaya sendiri jika bukan kita, siapa lagi?  Terimakasih banyak mas Danny Mardiansyah atas sharingnya, saya yakin ini sangat bermaanfaat untuk kita semua terutama kawan-kawan muda di Pulau Sumbawa untuk lebih giat berkerya dan berprestasi di bidang masing-masing dengan bangga.

Nama       : Danny Mardiansyah
Lahir        : Sumbawa, 13 Maret
Contak     : 0878-8757-5799
Email        : deandelion@facebook.com


Demikian sedikit sharing dengan mas danny, mohon maaf jika penyampaiannya gak asik, dimaklumi saja. Masih proses belajar. Insyaallah kedepan lebih baik lagi :)
Sukses untuk kita dan Desa darat kita. 
Share:
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar