Mempertanyakan Sumbawa di Social Media Camp

Baca Juga

Saat ini siapa yang tidak kenal pulau Lombok? Nama Lombok menjadi tujuan wisata yang laris manis di Indonesia dan Dunia. Statistik membuktikan bahwa selalu ada peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Lombok. Bahkwan sekarang banyak cinematographer yang mulai menggunakan Lombok sebagai latar dari karya-karya mereka. Jika Dulu Lombok dan Sumbawa amat sangat jarang terlhat di televisi, maka sekarang hampir setiap hari ada saja tentang Lombok di televisi. Lalu bagaimana dengan pulau Sumbawa?

 
Sekedar gambaran, demand wisatawan nusantara untuk berwisata ke Lombok terus meningkat. Brand Lombok usai dinobatkan sebagai The Best Halal Destination Award 2015 dan The Best Halal Honeymoon Award 2015 di Abu Dhabi, UAE, beberapa waktu lalu. Itu membuat banyak orang yang mulai melirik Lombok sebagai destinasi wisata baru.

Menurut data Kemenpar jumlah kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) ke NTB terus meningkat. Tahun 2012 jumlahnya mencapai 2,25 juta wisnus, kemudian meningkat menjadi 2,49 juta pada 2013.

Tahun 2014 jumlah kunjungan wisnus ke NTB meningkat menjadi 2,51 juta wisnus. Sementara untuk 2015, angka kunjungan wisnus kembali naik menjadi 3,01 juta orang. (Tribunnews)
Prestasi ini tentu bukan datang dengan begitu saja. Ada peran banyak pihak yang secara lagsung mupun tidak langsung telah membuat Pariwisata di NTB di kenal oleh dunia. Dinas Kebudayaan dan Piwisata adalah pihak yang memiliki tugas dan andil dalam setiap hal mengenai pariwisata selain itu peran dari komunitas-komunitas di NTB juga turut memberi andil yang besar dalam dunia pariwisata. Jadi jelas komunitas-komunitas tidak bisa di pndang sebelah mata apalagi diabaikan. Disbudpar harus merangkul dan bersinergi dengan komunitas.
Dan hari itu, tanggal 17-18 September lalu terwujudlah salah satu upaya menyatukan sinergi lewat Social Media Camp yang diadakan di Gili Sudak dengan Dispudpar sebagai penyelenggara dan Komunitas-komunitas sebagai peserta dirangkaikan dengan kegiatan outbond dan tranplantasi terumbu karang di perairan Gili Sudak yang tenang. Saya sendiri sangat excited mengikuti acara ini dan sangat takjub ketika mengetahui ada begitu banyak komunitas-komunitas anak muda dan positif serta yang aktif mempromosikan wisata di NT. Hanya saja peserta camp ini terbatas hanya untuk 100 orang. Jadi komunitas-komunitas hanya mengirimkan wakilnya saja dan tentu saja tidak semua komunitas bisa hadir. Maka saya adalah satu orang yang beruntung bisa mengikuti kegiatan ini mewakili teman-teman Jelajah Sumbawa. Di acara yang berlangsung selama  dua hari satu malam ini saya mengenal banyak teman-teman baru dari komunitas-komunias lain seperti komunitas blogger, komunitas pendaki, komunitas Earth Hour, Komunitas traveler dengan nama komunitas yang beragam dan yang paling menyenangkan adalah menikmati suasana Gili Sudak yang indah dan tenang. Secara bekalangan saya sudah jatang sekali bisa mengikuti kegiatan outdoor seperti ini karena kesibukan bekerja dan kesbukan sebagai bapak dari dua orang anak dan satu orang istri (dengan satu orang istri aja udah sulit mencari waktu camping apalagi lebih kan? hehehe).

Kegiatan ini menjadi lebih seru ketika acara diskusi dan sharing di mulai, saya yakin semua peserta sudah menyiapkan "uneg-uneg" maupun kritik dan saran tentang pariwisata NTB untuk di lemparkan kepada dinas pariwisata dan audiens. Benar saja, ada banyak saran, pertanyaan, masukan, kritikan (tentu saja yang membangun) dari peserta. Kesemuanya tentu saja berangkat dari rasa kecintaan kita ada NTB, Lombok, Sumbawa, Bima, Dompu. Maka dengan menyatukan semua pendapat, dengan mengeluarkan semua uneg uneg dan permasalahan diharapkan akan ada jalan baik untuk mewujudkan semua harapan. Untuk itu saya percaya Disbudpar bisa dan  sudah memiliki rencana untuk itu. Budpar pasti sadar sekali bahawa andil komunitas-komunitas sangat besar dengan modal yang tak sebanyak yang budpar keluarkan untuk membuat TVC pariwisata dan lain-lain. Menurut saya sebanyak apapun dana dan sebagus apapun TVC yang dibuat akan sulit menyentuh banyak tempat tanpa ada peran dari komunitas-komunitas yang dengan sukarela menge-share, like, dan menuliskan hal-hal baik tentang pariwisata kita. Maka saya rasa disbudpar sadar akan hal ini maka mereka itu mengadakan social media camp ini. Jika selama ini tanpa komunikasi yang terarah saja bisa membuat NTB dikenal dunia maka pastilah dengan komunikasi yang baik antara budpar dengan komunitas kan memberikan dampak yang lebih besar nantinya untuk kemajuan pariwisata. Akan ada banyak ide-ide kreatif, video-video keren, foto-foto indah dan informasi yang bagus nantinya.

Lalu apa yang menjadi motivasi saya mengikuti Social Media Camp?
Saya datang sebagai perwaklan dari jelajahsumbawa.com, yang merupakan komunitas yang say bangun sendiri. Tentu saja saya ingin menyuarakan tentang beberapa hal terkait ketimpangan perhatian antara barat dan timur, antara lombok dan sumbawa. Tentang masalah-masalah menjadi kendala majunya parwisata sumbawa di mata saya sebagai masyarakat.

Poin-poin nya begini:
1. Destinasi wisata di Sumbawa itu banyak dan tak kalah bagus dengan Lombok atau Bali, tidak terkenal karena : pertama, masyarakat Sumbawa sendiri banyak yang belum melek wisata, hanya segelintir orang di sumbawa yang menyadari bahwa mereka tinggal di tempat yang sangat indah dan harus dijaga kealamiannya, banyak orang yang tidak sadar bahwa pariwisata bisa meningkatkan ekonomi. Kedua, Pemerintah terkesan masih setengah hati (atau mungkin gak tau mau bagaimana) dalam mendukung majunya pariwisata Sumbawa, saya berani menyatakan demikian karena melihat beberapa fakta yang terjadi. Seperti Desa-desa wisata yang saat ini mulai tidak menarik lagi karena tidak terjaga kealamiannya, misalnya Desa Pamulung yang dulu amat snagat digilai wisatawan karena kelamaian, keramahan, dan keseniannya sekarang mulai ditinggalkan karena Pamulung sudah berubah menjadi desa semi modern yang pelan-pelan mulai meninggalkan hal-hal penting yang dinikmati wisatawan. Kejadian serupa hampir terjadi di desa Mantar, penduduk hampri saja mengganti rumah rumah mereka dengan rumah modern yang tidak unik dan khas lagi, pemerintah KSB bertindak cukup tepat dengan memberikan aturan bahwa rumah masyarakat harus tetap mempertahankan ciri khas Sumbawa nya dan tentu saja ada dana yang seimbang untuk itu. Maka kita bisa liat Mantar sekarang dengan ciri khasnya yang unik selain alamnya yang juga menakjubkan. Untuk masalah ini saya menyarakan agar pemerintah lebih kreatif dalam memberikan pendidikan tentang pentingnya menjaga destinasi wisata untuk kesejahteraan dan untuk kesimbangan alam. Anak-anak muda kreatif perlu dipompa semangatnya dengan berbagai macam kegiatan dan event-event, bukan sekedar festival-festival yang mengutamakan keindahan di panggung. Meskipun itu (festival-festival) juga penting untuk dijaga dan di adakan.

2. Tentang akses, sebelum datang ke social media camp. Saya memberikan pertanyaan kepada beberapa orang Sumbawa dan non sumbawa di grup WA, di BBM, di Instagram, di Facebook dan lain-lain. Pertanyaannya adalah menurut kawan-kawan apa kendala untuk kemajuan Pariwisata Sumbawa? Sebagain besar menjawab kendalanya adalah Akses menuju ke Lokasi. Yah hal yang sama juga say rasakan ketika harus kelokasi-lokasi indah di Sumbawa. Semoga pemerintah segera mempunyai rencana untuk hal ini.

3. Tentang tagline dan brading Pesona Lombok Sumbawa. Bagi banyak orang mungkin itu gak ada masalah atau mungkin ada yang bertanya masalahnya dimana??  Tapi menurut saya, menurut pendapat saya Branding itu cuma menguntungkan satu pulau yang memang sudah dikenal. Sementara pulau satunya hanya mendapat sedikit dari imbasnya. Maka dari itu bolehlh kiranya jika branding itu kita fokuskan ke masing-masing pulau, misalnya Pesona Lombok Sumbawa menjadi Pesona Lombok dan Pesona Sumbawa. Menurut saya jika demikian wisatawan akan mempunyai pilihan yang jelas dan informasi yang terfokus dan imbang. Karena jika kita googling tentang pesona lombok sumbawa maka 80-90%  hasilnya adalah informasi tentang pulau lombok saja, sementara pulau Sumbawa baru ketemu di halaman kesekian dari page google.

Yaa, itu adalah pendapat dan apa yang saya liat sebagai masyarakat NTB, yang mungkin juga sam seperti masyarakat lainnya. Berharap semua menjadi maju dan semakin baik kedepannya. Dan tentu saja ada banyak hal lain yang perlu kita benahi untuk kemajuan wisata kita. Mari kita mulai dari hal paling kecil seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan, memulai dari diri pribadi dengan memanfaatkan social media untuk mengabarkan hal baik tentang NTB pada dunia dan mari memulai dari sekarang.

Terimaksih sebesar-besarnya pada panitia dan penyenggara Soacial Media Camp, semoga semua hal baik yang kita upayakan berbuah manis dikemudian hari. Terimakasih atas perkenalan dengan sahabat-sahabat baru yang luar biasa keren dan kreatif. 
Salam Lestari.

(Ditulis di jam Istirahat. Mataram, 20 Sept 2016)



Share:
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar