Munit : Warna-Warni Maulid Di Sumbawa

Baca Juga

Kalender Hijriah sampai pada bulan Rabiul Awal, Bulan kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW. Seluruh umat muslim dunia mempersiapkan berbagai macam kegiatan untuk memperingati Hari Lahirnya Nabi terakhir Umat Islam. Ada berbagai macam acara yang bisa kita saksikan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia. Sesuai dengan cara dan kebiasaan di daerah masing-masing, tak terkecuali di Nusa Tenggaga Barat, Di NTB kita mengenal ada 3 Suku Utama, Suku sasak di Lombok, Suku Samawa di Sumbawa dan Suku Mbojo di Bima. Masing-masing suku memiliki cara tersendiri dalam memperingati hari kelahiran nabi Muhammad SAW, salah satu contohnya Di kota mataram masyarakat merayakan maulid dengan melakukan Lomba-lomba seperti halnya acara 17an dan iring-iringan Praja, di wilayah Bayan - Bagian Utara Lombok- memperingati maulid dengan melakukan ritual di Masjid Kuno Bayan yang di prakarsai oleh tokoh-tokoh adat disana dengan cara dan busana adat disana. Unik dan masih banyak lagi cara-cara yang lain sesuai kebiasaan leluhur suatu daerah tertentu

Demikian pula halnya di Sumbawa.khususnya di tempat kelahiranku. Desa Pukat - Kecamatan Utan. Maulid nabi Muhammad di peringati bersama-sama dengan penuh suka cita, penuh warna. Warga kampung menyiapkan "Penyekan" (Sejenis Baku/Dulang), berisi makanan berbagai jenis dengan hiasan berwarna warni. Penyekan di hias seindah mungkin, bunga-bunga kertas dan "Male" (Seni menggunting hiasan kertas khas Sumbawa) menjadi hiasan utama yang menyemarakan  Penyekan yang akan di Junjung di atas kepala ibu-ibu dan Remaja putri menuju ke Mesjid. Sebuah kebangaan tersendiri membawa hidangan penyekan dengan berupa-rupa warna menuju masjid. 

Sementara kaum lelaki mulai memadati ruangan masjid, duduk teratur berhadapan menunggu acara di mulai. beberapa panitia maulid yang terdiri dari laki-laki semua menerima penyekan dari  Ibu-ibu dan mengatur di koridor mesjid sebeluam di hidangkan kepada para warga laki-laki di dalam mesjid pada saatnya nanti.
Acara maulid di kampungku kali ini sangat istimewa buatku. Ketua panitia yakni Pak M.Tahir Umar memintaku untuk memandu acara yang dimulai jam 10 pagi itu. Ketika di tawarkan aku langsung saja mengiyakan karena dengan demikian aku akan lebih paham dan lebih bisa banyak memperhatikan essensi dari maulid nabi versi kampungku. 

Acara dimulai dengan pembacaab kalam Ilahi, lalu dilanjutkan dengan "besrakal" atau dalam bahasa indonesianya Syarakal. Dibagian ini Imam mesjid membaca Kitab Barzanji yang berisi shalawat-sholawat kepada Rasul lalu berdiri diikuti semua jama'ah dan melantunkan Syarakal dengan cara bersahut-sahutan, seperti berpantun. jama'ah depan membaca 2 larik pertama lalu di balas dengan larik berikutnya oleh jama'ah dari bagian tengah hingga belakang. terdengar sangat Indah dan penuh semangat serta rasa suka cita akan lahirnya Pembawa cahaya terang ke muka Bumi. Marhabaaaan jaddal husainii..marhabaaan allah ya marhaban... ya begitulah sepenggal liriknya dengan lagu yang khas. Bagian Besrakal ini selalu sukses membawaku menuju kenanganku ke masa-masa kecilku dulu. Syair penuh cinta pada Nabi.

Acara selanjutnya berupa sambutan-sambutan, yang pada saat itu yang memberi sambutan adalah Bapak camat Utan dan Kepala desa Pukat. Lalu dilanjutkan dengan cerama panjang lebar tentang Hikmah Maulid nabi oleh Kyai H. Syihabuddin Muhammad yang isi ceramah sangat bagus, menyentuh dan menggelitik. Sehingga hadirin tidak terlihat jenuh mendengarkan sampai tiba saatnya acara yang di tunggu-tunggu yakni penyajian Penyekan yang sudah tertata rapi di koridor mesjid. Panitia yang bertugas mulai memboyong Penyekan-penyekan dengan Male yang berjuntai-juntai melambai kepada para hadirin, satu penyekan untuk dua orang kecuali para tokoh-tokoh masyarakat dan agama yang dibarisan depan, beliau-beliau ini mendapat penyekan terbaik dan masing-masing 1 penyekan. wow! Dan alangkah bersyukurnya saya pun mendapatkan 1 penyekan utuh dengn hiasan yang indah dan isi yang berupa-rupa. telur rebus yang diwarnai, aneka jajanan dan kue, permen, buah-buahan dan lain-lain. Acara pun usai seringin selesainya hadirin membungkus isi penyekan ke dakam plastik yang di sediakan di setiap penyekan lalu bergegas keluar mesjid menemuai Istri dan anak tercinta dan bersama-sama pulang ke rumah masing-masing. 


Masjid kembali sepi, sampah-sampai juga telah dibersihkan oleh panitia, aku terdiam. Berpikir. Mengingat kembali moment Besrakal tadi. Alangka indah lantunan Sholawatnya, membuat hati berdebar dan membuat diri semakin mengagumi dan mencintai sosok Muhammad yang sempurna. Tapi aku sedih, jika para tetua-tetua itu sudah tak ada lagi, siapa yang akan meneruskan tradisi Besrakal ini dikampungku? Dari hasil pengamatanku, hanya para kakek-kakek dan tetua-tetua adat dan tokoh agama yang sudah uzur yang bibirnya bergerak melantunkan Sholawat selebihnya hanya ikut berdiri dan diam. Termasuk aku. Aku hanya tahu liriknya tapi tidak mahir mengikuti cara kakek-kakek itu melagukannya dengan penuh semangat yang khas. Dalam benakku, aku berkata pada diriku sendiri, aku harus melakukan sesuatu sebelum terlambat. Harus.
Share:

2 komentar:

  1. ass. saya keturunan sumbawa yang lahir dan besar di Jakarta. sewaktu kecil saya sempat merasakan adat dan budaya maulid Nabi di Sumbawa. Berbeda sekali ketika saya berada di Jakarta. Tak ada kemeriahan apapun untuk menyambut Maulid Nabi. Shalawat pun sepi terdengar. Menjadi saya rindu akan budaya Sumbawa.

    BalasHapus
  2. Mantab ...sangat membantu untuk menyelasaikan tugas anak 2....

    BalasHapus