Dodo Rinti (Sebuah Puisi)

Baca Juga

Puisi Oleh Paox Iben

Masihkah kau terjaga seperti biasanya, Rin
pada malam-malam yang sebentar lagi luruh
menjatuhkan subuh
menyibak semusim bayangan
pada separuh dunia yang melaju penuh karat ini?

70.000 ha hutan di kepalamu berpijar
cahaya pagi menari di atas ratapan serangga
juga hewan-hewan liar yang kebingungan
bermigrasi, daun-daun melepuhkan serapah
juga untaian padi yang sebentar menguning
dan akan semakin terbiasa lagi mengebiri nasib
para petani, semua tergambar jelas  pada sisa kopi
dalam cangkirmu . Apakah semua itu juga akan kau
tuangkan  dalam lembar-lembar cerita di depan kelas
pagi ini, Rin?

Apakah mereka sempat bertanya atau bertepuk tangan
saat traktor-traktor dengan roda setinggi manusia
dewasa itu melaju, membabat pohon-pohon
dan mengeruk berjuta matrix ton biji tanah
tanpa sedikitpun menyisakan sebidang harapan
untuk dikenali, Rin? Ah,  Anak-anak pasti terbiasa,
sebab mereka telah menggambarnya berkali-kali
di atas meja atau di dinding kelas masing-masing
tanpa air terjun yang mengalir deras seperti hujan
yang jatuh menimpa kepala beserta batu-batu
dan pakis berserakan disekelilingnya
untuk menggosok pantat dan selangkangan
yang mulai gatal oleh limbah merkuri.

Apakah mereka menyukai saat kau ajari membuat
mainan mobil-mobil raksasa yang meruntuhkan gunung itu,
pesawat yang mengangkut para juragan botak
dan kapal-kapal pengeruk harta, dari pelepah pisang?
Sementara di dinding lain, ribuan anak-anak berpesta
merayakan hari dengan mainan-mainan baru
yang terbuat dari genangan danau di bekas hutan
air matamu.

Apakah kau masih suka berjalan kaki menuju sekolah, Rin,
bersama anak-anak itu, bertelanjang kaki, melewati bukit-bukit
dengan nyanyian burung-burung kasmaran dan barisan
pohon-pohon yang memagari hati? Sementara para tetangga
di sekelilingmu lebih asyik memperbincangkan model motor matic
keluaran terbaru tanpa sedikitpun menoleh pada urusan
pendidikan dan masa depan anak-anak itu.

Akankah kelak, mereka juga akan lupa bertanya
kenapa selalu tersandung alpa dan kebinasaan?


Batu dawa, 30 Desember 2011

Share:

2 komentar:

  1. bismillah hitawakaltu wallahlah,semua kehendak pemerintah,karena mereka yang akan menanggung semua akibatnya,dunia akhirat,

    BalasHapus
  2. bismillah hitawakaltu wallahlah,semua kehendak pemerintah,karena mereka yang akan menanggung semua akibatnya,dunia akhirat,

    BalasHapus