Baca Juga
LSOtour. Danau
Motitoi adalah danau yang terletak di tengah pulau Satonda, danau dengan
diameter terpanjang 950m, dan terpendek 450m, dengan kedalam 60-84m,
terhampar indah ditengah pulau Satonda yang memiliki luas 535 hektar,
dilindungi oleh hutan lebat dan daerah perbukitan yang indah, dengan ketinggian
tertinggi 300mdpl. dahulu kala, terdapat sebuah desa di sisi Timur Pulau, yang
dihuni hanya oleh beberapa keluarga, namun disekitar tahun 90an, oleh
pemerintah Kabupaten Dompu mereka dipindahkan ke pulau Utama (pulau Sumbawa),
sejak saat itu, pulau Satonda menjadi pulau tak berpenghuni hingga sekarang.
Ada beberapa
teori dari para ahli tentang sejarah terbentuknya Danau Motitoi, antara lain,
oleh Prof Stephen dari Hamburg University dan Prof Kamirsac dari Polandia serta
beberapa tim ahli lainnya yang melakukan penelitian di Danau Motitoi Pulau
Satonda pada tahun 1996. Dengan melihat lokasi danau yang berada lebih rendah
dari permukaan laut, serta tidak ditemukannya kehidupan di dalam danau selain
dari ikan-ikan kecil yang tidak bisa tumbuh besar, mereka berpendapat bahwa
danau motitoi terbentuk ribuan tahun yang lalu, ketika sebuah gunung api bawah
laut meletus dan kemudian membentuk sebuah caldera.
Sebelum Prof Stephen dan prof Kamirsac melakukan penelitian di danau Motitoi, telah ada penelitian sebelumnya oleh beberapa ahli lewat sebuah kerjasama antara Indonesia dan Belanda, melalui ekspedisi gabungan pada tahun 1984 Sekelompok ilmuwan dalam ekspedisi tersebut menemukan perkembangan stromatolit di sebuah pulau kecil bernama Satonda, sebuah pulau kecil bekas gunungapi di sebelah utara Sumbawa. Di gunungapi Satonda (sebut saja begitu) terbentuk danau kawah yang disebut Danau Motitoi. Di tepi danau ini ditemukan sebaran luas terumbu gampingan stromatolit. karena terumbu gampingan Stromatolit tersebut itulah air danau Motitoi berkadar alkalin soda. jadi hanya jenis-jenis ikan tertentu yang mampu beradaptasi di dalam danau Motitoi.
Sebelum Prof Stephen dan prof Kamirsac melakukan penelitian di danau Motitoi, telah ada penelitian sebelumnya oleh beberapa ahli lewat sebuah kerjasama antara Indonesia dan Belanda, melalui ekspedisi gabungan pada tahun 1984 Sekelompok ilmuwan dalam ekspedisi tersebut menemukan perkembangan stromatolit di sebuah pulau kecil bernama Satonda, sebuah pulau kecil bekas gunungapi di sebelah utara Sumbawa. Di gunungapi Satonda (sebut saja begitu) terbentuk danau kawah yang disebut Danau Motitoi. Di tepi danau ini ditemukan sebaran luas terumbu gampingan stromatolit. karena terumbu gampingan Stromatolit tersebut itulah air danau Motitoi berkadar alkalin soda. jadi hanya jenis-jenis ikan tertentu yang mampu beradaptasi di dalam danau Motitoi.
Motitoi sendiri
adalah bahasa lokal suku Mbojo yang berasal dari kata Moti = Laut dan Toi =
Kecil, jadi Motitoi adalah Laut Kecil. Laut kecil ditengah pulau Satonda.
Keunikan lainnya
yang terdapat di danau Motitoi adalah, Pohon-pohon harapan. Disebut demikian
karena banyaknya batu-batu yang bergantungan yang diikat pada ranting-ranting
pohon oleh mereka-mereka yang datang berkunjung ke danau tersebut kemudian
meninggalkan harapan-harapannya dan berharap jika terkabul mereka akan datang
kembali untuk membayar nazarnya.
Banyak yang
mengira, bahwa hal ini adalah sebuah tradisi dan keyakinan asli dari masyarakat
di pulau Sumbawa, (khususnya Dompu) padahal batu-batu harapan ini, atau yang
istilah kerennya disebut the WISHING STONE, pertama kali dilakukan oleh
sepasang suami istri berkebangsaan Jerman, yang datang berkunjung ke Danau
Motitoi pulau Satonda pada sekitar tahun 90an. mereka kemudian
menggantung batu pada pohon-pohon di pinggir danau dan berharap kelak mereka
akan memiliki momongan. 5 bulan kemudian setelah mereka kembali ke Negaranya,
si istri hamil dan mengandung seorang bayi, dengan penuh rasa bahagia, pasangan
tersebutpun kembali ke Indonesia, dan menuju Danau Motitoi Pulau Satonda, namun
kali ke dua mereka berkunjung kesana, mereka mengajak beberapa masyarakat di
Utara pulau Sumbawa (lereng gunung Tambora) untuk mebayar nazar berupa seekor
Kambing yang di korbankan sebagai perwujudan rasa terimakasihnya karena
harapannya terkabul.
Sejak saat
itulah, pohon-pohon di pinggir danau Motitoi dipenuhi oleh gantungan batu-batu
harapan dari beberapa pengunjung, baik lokal maupun Mancanegara.
Follow @JelajahSumbawa